TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever)
adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada
saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.1,2,3
Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi (S. typhi), basil gram negatif, berflagel, dan tidak berspora. S. typhi
memiliki 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik berupa kompleks
polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi. Dalam serum penderita
demam tifoid akan terbentuk antibodi terhadap ketiga macam antigen
tersebut.
Kuman ini tumbuh dalam suasana aerob dan fakultatif anaerob. Kuman
ini mati pada suhu 56ºC dan pada keadaan kering. Di dalam air dapat
bertahan hidup selama 4 minggu dan hidup subur pada medium yang
mengandung garam empedu.1
Epidemiologi
Demam
tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di
Asia, Afrika, Amerika Latin Karibia dan Oceania, termasuk Indonesia.
Penyakit ini tergolong penyakit menular yang dapat
menyerang banyak orang melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 3002
sekitar 16 juta per tahun, 600.000 di antaranya menyebabkan kematian. Di
Indonesia prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19
tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun. Ada dua sumber penularan
S.typhi : pasien yang menderita demam tifoid dan yang lebih sering dari carrier yaitu orang yang telah sembuh dari demam tifoid namun masih mengeksresikan S. typhi dalam tinja selama lebih dari satu tahun.2,3,4
Patogenesis
Infeksi S.typhi
terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus kemudian
melalui pembuluh limfe masuk ke peredaran darah sampai di
organ-organterutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan
berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan
membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke
dalam darah ( bakteremia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke
dalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak pada mukosa diatas
plaque peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan
perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin
yang dieksresikan oleh basil S.typhi sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.1,4
Gejala Klinis
Gejala
klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan
dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-14 hari. Selama masa
inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak
badan lemas dan lesu, nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat.
Kemudian disusul gejala klinis, yaitu :1,2,3
1. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat
febris remiten dan suhu tidak tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat pada sore dan malam hari. Pada minggu kedua penderita
terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu badan
berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2. Gangguan saluran pencernaan
Pada penderita demam tifoid dapat ditemukan bibir kering, dan pecah-pecah (ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tounge)
dengan pinggir yang hiperemis, jarang disertai tremor. Pada abdomen
mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa
membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan
konstipasi,akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya
kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu apatis
sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.
Disamping
gejala-gejala yang biasa ditemukan tersebut kadang-kadang ditemukan
pula gejala lain berupa roseola pada punggung dan ekstremitas dan
bradikardia pada anak besar.1
Relaps
Relaps
atau kambuh merupakan keadaan berulangnya gejala penyakit tifus
abdominalis, akan tetapi berlangsung lebih ringan dan lebih singkat.
Biasanya terjadi dalam minggu kedua setelah suhu badan normal kembali.1,4
Diagnosis
Menegakkan diagnosis demam tifoid pada anak merupakan hal yang tidak mudah mengingat gejala dan tanda- tanda yang tidak khas.1 Diagnosis
demam tifoid dapat dibuat dari anamnesis berupa demam, gangguan
gastrointestinal dan mungkin disertai perubahan atau gangguan kesadaran.
Untuk memastikan diagnosis tersangka demam tifoid maka perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium sebagai berikut :1,4
1. Darah tepi
- Anemia, pada umumnya terjadi karena supresi sumsum tulang, defisiensi Fe, atau perdarahan usus.
- Leukopenia, namun jarang kurang dari 3000/uL.
- Limfositosis relatif dan anaeosinofilia pada permulaan sakit.
- Trombositopeni terutama pada demam tifoid berat.
2. Pemeriksaan serologi
- Serologi Widal : untuk membuat diagnosis yang diperlukan adalah titer terhadap antigen O dengan kenaikan titer 1/200 atau kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase konvalesens.
- Kadar Ig M dan Ig G (Typhi-dot).
3. Biakan Salmonela
- Biakan darah terutama pada minggu I perjalanan penyakit.
- Kultur tinja terutama pada minggu II perjalanan penyakit.
Komplikasi
Dapat terjadi pada :1,4
1. Intestinal:
- Perdarahan
usus. Bila perdarahan yang terjadi banyak dan berat dapat terjadi
melena disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
- Perforasi usus. Biasanya dapat timbul pada minggu ketiga atau lebih.
- Peritonitis.
Biasanya menyertai perforasi tapi dapat juga tanpa perforasi usus
dengan ditemukannya gejala abdomen akut, yaitu nyeri perutyang hebat,
dinding abdomen tegang (defans musculair) dan nyeri tekan.
2. Diluar Intestinal
Pengobatan
a. Medikamentosa1,4
1. Antibiotik
- Kloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/kgBB/hari, oral atau iv, dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari.
- Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari, oral selama 10 hari.
- Kotrimoksazol 6 mg/kgBB/hari, oral. Dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari.
- Seftriakson 80 mg/kgBB/hari, iv atau im, sekali sehari selama 5 hari.
- Sefiksim 10 mg/kgBB/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari.
2. Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran.
- Deksametason 1-3 mg/kgBB/hari iv, dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik.
3. Antipiretik
b. Suportif1,4
- Tirah baring
- Isolasi yang memadai
- Kebutuhan cairan dan kalori yang cukup
- Diet rendah serat dan mudah dicerna
Prognosis1,4
Umumnya
prognosis demam tifoid pada anak baik asal penderita cepat mendapat
pengobatan. Prognosa menjadi buruk bila terdapat gejala klinis yang
berat, seperti :
- Hiperpireksia atau febris kontinua.
- Kesadaran menurun.
- Malnutrisi.
- Terdapat kompliksi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, peritonitis, bronkopneumonie, dll.
Daftar Pustaka
- Hasan R. Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Infeksi Tropik. Jakarta : FK UI, 1985.
- Noer, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta : FKUI, 1996.
- Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran. Demam Tifoid. Jakarta : FK UI, 2000.
- Brusch JL. Typhoid Fever. www.emedicine.com last up date July 24th 2006 [diakses pada tanggal 16 November 2007].
- Lentnek AL. Typhoid Fever. Division of Infection Disease. www.medline.com last up date June 20th 2007 [diakses pada tanggal 16 November 2007].
0 komentar:
Posting Komentar